Rabu, 01 Februari 2012

angka krusial ditambah satu.

fajar yang tak terlihat di lantai ketinggian 4 tingkat masih dapat membangunkan orang-orang di dalamnya. dinginnya air dapat digantikan dengan air panas, jika kran air dingin dimatikan dan kran air panas diputar ke kanan dan keluar lah air panas. ransel gendong telah dinaikkan dan seorang berseragam putih hitam dengan senyum membantuku. tak sampai 25 menit ke tempat persimpangan gerbong besi berbaris. melanjutkan jejak ke tempat yang membuatku penasaran hingga 2 tahun, tak tahu apakah masih berlanjut ke tahun berikutnya dan berikutnya. di tengah keramaian makhluk berparas cantik, sempat terpikir apa mungkin bisa terjadi perkosaan masal yang saat ini sedang marak terjadi di pertelevisian nasional. tapi hal itu tak akan terjadi. karena semuanya mempunyai martabat, sesuai slogan di atas sebuah naungan pinggir jalan. terus berlanjut, tak hiraukan meski pak rt serta kerabatnya melewati seorang janda muda. terus ku susuri jalan setapak ini dan semoga ada jawabnya, jawabnya. seperti halnya original soundtrack dari film gie. sepertinya jawaban itu semakin tampak meski susah. beribu wujud, sosok, bentuk, fasad, serta perspektifnya telah ku pandangi hingga muncul rasa ingin buang air besar yang cukup mengganggu. seperti hukum alam yang selamanya akan terjadi. jika kita buang air maka perut kita kosong dan perlu asupan makanan, namun pada saat nanti akan dibuang juga. jadi buat apa kita makan kalau pada akhirnya dibuang juga. buat apa makan makanan uang seratus ribuan jika hasil keluarannya sama dengan makanan uang 5ribuan. ironi kehidupan yang sebenarnya bodoh untuk dijawab. terus berjalan dan hinggaplah di bangunan bertingkat yang sempat menjadi tempat bercinta orang-orang semalam, bahkan beberapa malam sebelumnya dan setelahnya. terang yang semakin tak terang lagi, terang yang tergantikan dengan gelap. kran air telah diputar, tindakan asusila telah terjadi di ruang 2,5 x 3 meter, namun untung hanya seorang di dalamnya. dilanjutkan dengan ritual di waktu keempat dan kelima. aku turun dengan sebuah balok yang cukup sempit jika ditempati 5orang. aku keluar. dua buah balok besi beroda empat berhenti dan aku melangkah. tapi berbeda dengan sebuah besi beroda dua yang terus garang di tengah aspal. dan saat itu ketika telah berubah menjadi tempat dimana tempat itu sangat dihindari oleh orang-orang selain kantor orang-orang berseragam dan berperut tambun. ingin rasanya membunuh diri dengan loncat dari jendela, tapi itu tak mungkin karena ruang inap itu tidak terdapat jendela yang cukup besar, yang ada hanya ventilasi yang pastinya tak cukup untuk badan ku ini. terimakasi untuk sang arsitek yang telah mendesain ruang itu tanpa jendela. Kau yang bersurat meski tekadang dengan tersirat. terimakasi . Kau masih memberi ku asupan oksigen-Mu ke paru-paru, otak, dan organ tubuhku yang lain hingga ke duapuluh kalinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar